THE PARALYZED part 8

(Maaf, Ini Semua Salahku)

Author : Choi Mina aka me

 Casts : L.Joe (Teen Top) Kim Jay Yoo/Kim Jia (imagination),IU (singer),Ahn Daniel (Teen Top)

Genre : action and romance

Rating : Pg17

NB : Meski ga ada yang ngoment,ff ini lanjut terusss…. and jangan lupa untuk tetap mendengarkan lagu Agnes Monica – Paralyzed ^^

ohyak maaf jika readers bingung ma ff nya ya

okey Happy Reading All ^^

***

_Last Episode_

Niel ? ? ?

Apa kau serius? ?

Apa kau tak menyesal ? ?

Untuk apa ? ?

Ku mohon jangan lakukan apapun untuk ku ! !

Aku takut bila kejadian yang dialami oppaku akan terjadi padamu ! ! !

Ku mohon jangan lakukan ! ! KU MOHON !!!

_Last Episode End_

***


BUKK BUUKK

“Ljoe-ya!! cukup!! Kau ingin dia mati??”

“lepaskan aku!!”

“sudah! Hentikan!!”

“brisik!!”

“Ayo, pukul aku!!! Cih…”

“brengsek kau!!”

Buukkkkkkk…

“Ljoe hentikan!!!”

“kenapa berhenti? Pukul aku!!”

Buukkkkkkk…

“ANDWEE!!!”

“Arghh….pegang tanganku!!”

“lepaskan!!”

“anioo…,berikan tanganmu,ayo!!”

“anio…”

“Chunji-ya!!”

“ayo,berikan!!!”

“arghhhh…”

“lepas! Ku bilang lepas!!!”

“ANDWE…..!!”

***

“ANDWEE!!!….hah…hah….hah….”

Ku atur nafasku perlahan, menenangkan pikiran dan batin. Ku raba dadaku, sesak dan perih di bagian dalam. Ku tahan rasa sakit itu lalu ku seka keringat yang membanjiri kening. Ini buruk,petanda buruk. Tuhan, apa aku berdosa?

Air, aku butuh air…

Aku merangkak menuruni ranjang. Masih menahan rasa sakit di dada. Ku perhatikan CAP dan Ljoe yang tertidur pulas. Aku berjalan hingga ke ambang pintu, meraba-raba meja, mencari air mineral.

“Air….” Gumamku

Aku berjalan setengah sadar menuju sisi lain, heh sejak kapan ruangan ini menjadi besar? Omona!! Kepalaku pusing. Air… aku butuh air. Aku mengeluh tanpa mengeluarkan suara, aku takut jika CAP dan Ljoe terbangun.

Tuhan, rasanya sakiitt…

Itu..akhirnya aku menemukanmu!

Tanganku dengan cepat menyambar sebotol air mineral di atas meja sebelah ranjang CAP

“bro, aku minta airmu ya!” aku berbicara layaknya pada diri sendiri

Kuhabiskan air itu dengan sekali teguk. Hah, aku benar-benar lega sekarang. Hey,kenapa jadi panas begini?? Akupun membuka kancing baju bagian atas piyamaku.

“hah…panas….” kuseka lagi keringat yang hampir membasahi sepertiga kepalaku. Ini sungguh buruk, mimpi yang sangat menakutkan. Yah,aku butuh udara segar.

Akupun mengenakan sandal dan melangkah keluar kamar mencari udara segar

***

Aku melangkah tanpa tahu tujuan. Berjalan sesuai perintah hatiku, mengomandoi setiap langkah perasaan takut itu. Mimpi itu penyebabnya. Menghantui selama 3 hari ini. Berputar di dalam benakku seakan-akan tak bisa lepas. Aku benci situasi ini, dimana diriku tiba-tiba melemah mengingat kejadian setahun lalu. Hampir aku menitikkan air mata gara-gara kesalahan fatal yang aku lakukan. Dan karena kesalahan itu, Ljoe dalam bahaya. Babo! Babo! Babo! Tuhan kenapa orang itu aku??

“arghhhhhh…….” Aku berteriak, karena kesal? Atau karena kebodohanku sendiri?

Aku duduk di kursi taman seraya memegangi kepalaku. Berusaha menenangkan diriku sendiri. Ku pandangi langit malam dan sialnya langit itu tiba-tiba berubah membentuk bayangan Kim Jae Yoo, menambah rasa frustasiku.

“arghhhhhhh…….” Aku berteriak lagi, aku berdiri lalu menendang kursi taman dengan kesal.

Napasku turun naik, ku acak rambutku berkali-kali karena frustasi, apa-apaan ini? Aku mencari udara segar! Bukan Jae Yoo!!

Dug…….dug…….dug…….dug….dug….dug..dug..dug..dug dug dug dug…slap!!

Ku dengar bunyi dentuman bola dari arah hall

“siapa yang bermain basket malam-malam begini ?” gumamku heran

Akupun menuju hall yang berada tak jauh dari taman. Ku buka pintunya perlahan dan mengintip siapa yang bermain.

“bukannya itu Jay? Aish….tidak hyungnya, dia juga!!” batinku kesal

“untuk apa kau kesini?”

“heh??” aku menunjuk diriku sendiri layaknya orang bodoh

Jay menghentikan permainannya dan membalikkan tubuh lalu tatapan yang sinis itu langsung keluar dari kedua bola matanya. Menusuk hingga kedalam bola mataku, seperti teriris-iris.

“mau apa kau? berkelahi?” tanyanya sinis

Heh, dia mulai memancing amarahku, sial!

Ku raba dadaku pelan, ku tarik napas sesaat “tidakkah kau ingin membicarakan ini baik-baik?”

“heh? Baik-baik katamu?” Jay melempar bola basket ke arahku, untung aku masih bisa mengelak

“cih…” Jay seperti meludah dan menghampiriku. Ia meraih bagian atas piyamaku dan mendorong tubuhku hingga aku terjatuh. Ku tahan amarahku. Ku anggap ini hukuman dari Tuhan.

“kau mau apa?” tanyaku masih tetap terduduk di lantai, aku tidak kuat untuk bangkit saat ini. Terasa berat.

Jay jongkok di depanku, menampar pipiku beberapa kali. Ku tatap bola matanya, seperti bara api yang siap membakar kayu-kayu kering. Akulah kayu kering itu.

“aku ingin…. L.Joe musnah!” teriak Jay, membuat diriku terkejut. Apa dia serius? Aku tertunduk lemas,ini semua gara-garaku

“mmi…..mianhae….” ucapku pelan, entah kenapa perasaan takut itu muncul, ini benar-benar hukuman Tuhan

“heh…mianhae?? Semudah itu?? kau pikir maaf saja cukup?” Jay menepuk pipiku lagi. Tangannya terasa dingin saat mendarat di pipiku, mungkin sedingin hatinya kini.

“ya aku tau maaf tidak cukup bagimu, tapi asalkan kau tau, ini sama sekali tidak seperti yang kau kira! ini kecelakaan!!!”

“Heh, jelas-jelas mata kepalaku sendiri yang melihat kejadian malam itu!!!” teriak Jay

Iapun menggamit bagian atas piyamaku, memaksa tubuh ini untuk berdiri. Di dorongnya diriku hingga aku terjatuh lagi. Lalu dipukulnya wajahku dengan satu pukulan. Berhasil, cairan merah mengalir dari hidungku. Hampir membasahi bibirku. Eh, pukulan yang sangat kuat.

Pukulah diriku semaumu, asal jangan kau sakiti sahabatku. Ayo lakukan apa yang kau mau, kalau kau tak keberatan, bunuh lah aku. Karena diriku yang bodoh ini yang menyebabkan kematian kakakmu. Bunuh aku!

Tanganku yang mulai melemah membersihkan cairan yang menetes di sekitar hidung. Aku bangkit berdiri seraya menatap Jay. Tatapannya itu, aishh. Dia benar-benar ingin balas dendam.

“kau melihat kejadian malam itu?” tanyaku heran

Jay menghela napasnya “ne…aku melihat sendiri apa yang kalian lakukan!! Kalian binatang!!” maki Jay seraya berteriak

Aku tertunduk “lakukan apa yang kau mau! Apapun yang bisa membuat dirimu lega!”

“pergilah….”

Ku angkat kepalaku, keningku mengerut

“pergilah!!!” teriak Jay semakin keras

Aku tidak mampu berkata-kata lagi, ku tinggalkan Jay sendirian disana. Apa itu artinya pengampunan?? Ku harap iya.

***

Setibanya diluar, kuusap dadaku perlahan. Setidaknya ini sudah cukup membuat hatiku lega. Aku berjalan sedikit gontai,mungkin ini efek pukulan maut Jay. Saat aku melangkah, seseorang tiba-tiba muncul di hadapanku. Ljoe

“kenapa kau meminta maaf padanya?” tanya LJoe. Pertanyaan yang sangat tidak kuharapkan.

“Ya! kenapa kau ada disini? kau ingin mencari udara segar juga?”

“jawab pertanyaanku!!!”

Ini situasi yang sangat buruk. Ku tunduk wajahku. Aku tak menjawab.

“wae??” bentak LJoe keras

“aku….” Ucapku mencoba menjelaskan,namun sayang bibirku tak kuat untuk mengatakannya.

“kenapa hidungmu??”

Aku tetap diam.

“apa yang dia lakukan padamu??” teriak LJoe. Emosinya meledak.

“brengsek!!”

“andwee!!”

Ku cegah LJoe untuk menemui Jay, tapi aku terlambat melakukannya. Aish….

Ku ikuti langkah cepat LJoe. Setibanya di dalam aku masih melihat Jay berdiri tertunduk di depan tiang ring. Aku tak tau apa yang dia pikirkan. LJoe semakin mempercepat langkahnya, seperti berlari lalu tangannya dengan cepat meraih bagian belakang baju Jay, memukul pria itu.

Jay diam tak bergeming. Sedangkan aku berusaha untuk menahan amarah LJoe

“berhentilah!!” teriakku seraya menarik paksa LJoe dari hadapan Jay. Tanpa basa-basi kutarik lengannya kuat. Aku harus meredam amarah LJoe

“YA!!”

Aku dan LJoe berhenti sesaat mendengar teriakan Jay , mencegat langkah kami. Ditatap nya Ljoe dengan kedua matanya yang sinis itu. Penuh dendam.

“Sepertinya kau harus merelakan adikmu!” terdengar suara parau Jay di kedua telingaku. Omona! Ini sungguh waktu yang tidak baik. Ku genggam lengan LJoe semakin kuat, takut ia akan memukul pri itu lagi.

“Jangan ganggu adikku!!” teriak LJoe. Iapun memberontak ingin lepas dari cengkramanku, namun aku berhasil membawanya keluar dari hall

***

LJoe melepas genggaman tanganku di lengannya

“apa – apaan kau hah??” marah LJoe

Kucengkram bahunya kuat “dia tidak mungkin mengganggu adikmu! Percayalah!!” tegasku meyakinkan

LJoe melepaskan cengkraman itu “tidak mungkin katamu? Apa kau lupa dia sudah merebut Hyun-A? apa kau yakin itu tidak akan terjadi pada adikku??”

Aku menunduk. Ya dia mengambil Hyun-A dari Ljoe. Tapi..

“tapi ku yakin dia tidak akan melakukan itu, karena yang dia inginkan adalah dirimu…ani…bukan kau, tapi aku..Ya aku!! dia harus tau kalau aku lah yang menyebabkan kematian kakaknya!!” kataku dengan nada yang melemah

Aku berubah pikiran. Semua ini adalah salahku dan aku harus bertanggung jawab atas apa yang aku lakukan. Maaf Ljoe, aku tidak bisa menyimpan kebohongan ini. Aku yang membunuh Jae Yoo bukan kau LJoe!

Aku membalik badan dan berniat untuk mengungkap kebenaran.

“apa yang ingin kau lakukan heh?”

“aku akan mengatakan padanya yang sebenarnya! Ku mohon jangan cegah aku!”

“ANI…!!” Ljoe berteriak di depanku

“babo!! Turuti apa yang aku katakan! Jangan katakan apa-apa!!”

Maaf LJoe aku tidak ingin kau terluka gara-gara diriku. Ya Aku memang bodoh, sesuai dengan perkataanmu. Aku laki-laki bodoh.

“aku tidak bisa!!” bantahku dengan berteriak

“jangan putuskan semaumu!!”

“maaf aku tetap tidak bisa!!”

“kau keras kepala!!!”

Bukkkk

Pukulan yang kuat mendarat di pipiku. Rasa sakit menyebar hingga ke ujung otak. Lagi-lagi cairan merah tak segan-segan keluar dari dalam hidungku. Dengan cepat ku bersihkan darah itu dengan ujung lengan piyamaku. Kepalaku mulai terasa pusing. Indra penglihatanku kabur. Apa aku mengantuk?

Terakhir kali yang ku ingat adalah saat LJoe menggendongku kembali ke asrama.

***

Jay / Jia POV

Aku masih tertunduk lemas di depan ring seraya memegang wajahku yang terkena pukulan. Pukulan itu terasa sangat sakit meski tak ada darah yang mengalir dari dalam hidungku.  Aku melangkah menuju lantai dua hall, duduk di kursi penonton. Akupun tertunduk. Air bening itu mengalir tanpa kuminta. Aku sungguh tak bisa menahannya lagi. Ku tumpahkan rasa kekesalanku dengan menangis. Oppa…. Saranghae… I miss U….

Aku mendengar langkah kaki seseorang mendekat. Ku hapus cepat air mata itu, lalu akupun berlagak sok santai.

“kenapa berhenti? Menangislah…” ujar orang itu yang ternyata Niel

“eh…kau…??”

Niel mendekat dan duduk di sampingku

“maaf aku tadi mendengar percakapan kalian….dan…..wajahmu apa masih terasa sakit??? ”

Niel meraih wajahku, memperhatikannya secara detail. Kekhawatiran jelas terlihat dari tatapannya itu.  Aish…aku tidak boleh menangis.!! Ku paling wajahku dari tatapan Niel.  Air mataku memberontak ingin keluar. Ku tahan rasa sedihku.

“jangan kau tahan….” Ujar Niel menyenderkan kepalaku di bahunya.

Seketika air bening itu mencucur deras dari kedua bola mataku. Mengalir tanpa segan. Isakan tangis mulai terdengar.

“menangislah sepuasmu…..!!” ucap Niel di telingaku. Ia pun memeluk ku erat, menenggelamkan kepalaku di bahunya.

“gomawo….” Di sela-sela tangisku, kuucapkan rasa terimakasih itu padanya. Niel memang teman yang baik. Terimakasih, kau hadir di saat yang tepat.

“apa kau merasa lebih baik??” tanyanya

Aku mengangguk tanpa menjawab. Terimakasih Niel, aku merasa lebih baik sekarang. Maaf selama ini aku bersikap kasar padamu.

***

“pagiiiiiii semuaaaaaaaaa……….” Teriak Ricky dan Changjo di ambang pintu kelas. Merekapun berjalan memasuki kelas layaknya seorang bos. Lalu menghampiri aku dan Niel.

“hai….” Sapa Ricky padaku seraya menaikan kakinya di sebuah kursi melambai-lambai padaku seperti orang gila, namun aku tetap bersikap dingin padanya

“yayah…aku tau kau memang seperti itu…” kesal Ricky dan kembali duduk di kursinya

“bagaimana rambutku? Keren kan heh…?” tanya Changjo seraya mengeluarkan sisir dari dalam kantong bajunya lalu menyisir rambut ala jadul miliknya itu

“YA!! duduklah, kau seperti orang gila!!” omel Niel pada Changjo. Changjopun menghentikan kegilaannya itu lalu menghampiri tempat duduknya yang berada di sebelahku

“huh…awas kau nanti…!!” kesal Changjo pelan

Aku hanya mampu menahan tawa.

Disaat yang sama, terdengar kericuhan di depan kelas kami. Spontan aku berdiri dari tempat dudukku karena aku mendengar seseorang berteriak memanggil nama “Niel” di luar kelas. Akupun langsung berlari keluar melihat apa yang terjadi. Dan Omona!! Ljoe tengah berdiri di depan kelas kami. Dia seorang diri. Apa dia ingin menghajar Niel? Aishh…

Iapun berjalan melewatiku memasuki kelas. Orang yang ia cari juga tengah berdiri di belakangku. Tak segan-segan LJoe memukul Niel, menghajar pria itu tanpa ampun. Akupun menarik lengan bajunya dan membalas memukul LJoe hingga babak belur. Ku pukul wajahnya berkali-kali seperti rasa sakitku yang tak kan bisa terbayarkan. Lalu ku dorong tubuhnya hingga membentur papan tulis. Sementara itu disekitar kami mulai terdengar sorakan yang tak asing lagi bagiku.

“Teuki seongsenim…” seseorang berteriak memasuki kelas, murid-murid yang tadinya bersorak berlari meninggalkan kelas kami

Teuki seonsenim adalah kepala kesiswaan di Gyung Ju . Siapapun takut padanya. Jika murid-murid berkelahi, mereka bisa saja di hukum atau di keluarkan dari Gyung Ju

“Apa yang terjadi???!!” teriak Teuki Seongsenim memasuki kelasku bersama CAP dan Chunji yang berjalan mengikutinya di belakang. Iapun menghampiri LJoe yang terbaring lemas di lantai menahan rasa sakit dan memeriksa keadaan anak ingusan itu

“kalian.. bawa dia ke ruang perawatan…” perintah Teuki seongsenim pada CAP dan Chunji

“ne….” merekapun membopong LJoe keluar kelas. Ku lihat tatapan licik LJoe padaku. Sepertinya ini sudah ia rencanakan.

“Jay…ku tunggu kau di ruanganku!!” ujar Teuki seongsenim padaku

“seongsenim!!!” tiba-tiba Niel berteriak mencegat Teuki seongsenim

“bukan salahnya! Dia membelaku! Kau tidak lihat wajahku juga babak belur??”

“kalian berdua selesaikan masalah ini di ruanganku!!” teriak seongsenim tanpa mendengarkan penjelasan Niel

Hah??? Aishhhh….Sial!!!

***

Teuki seongsenim duduk di kursinya setelah lebih kurang lima menit kami menunggunya. Ia duduk dengan santai seraya memegang sehelai kertas.

“kalian tau apa ini??” tanyanya sambil memperlihatkan kertas itu pada kami. Kami mengangguk serempak. Itu adalah kertas peringatan murid

“dan ini…??” tanyanya lagi sambil memperlihatkan kertas yang lain. Aku hanya bisa menelan ludah saat melihatnya. Itu adalah kertas kesepakatan untuk keluar dari Gyung Ju

“kalian tau apa yang kalian lakukan itu akan mencoreng nama baik Gyung Ju???”

“tapi….kami…” Niel mencoba membela diri, namun Teuki seongsenim dengan cepat memotong Niel

“Niel-ah…kau selalu mendapat nilai A di raportmu! Kau adalah murid cerdas…jangan sampai kau membuat diriku merubah nilai itu….jangan ulangi kesalahan fatal seperti ini! Kembali lah kekelasmu!” perintah Teuki seongsenim pada Niel

“tapi….”

“kembali ke kelas!!!” teriak teuki seongsenim

Aku memberi kode pada Niel untuk segera mematuhi perintah Teuki Seongsenim. Tenanglah Niel, aku baik-baik saja

Niel berjalan keluar ruangan. Kini tinggal aku dan Teuki seongsenim berdua di dalam ruangannya yang seperti ruangan introgasi polisi bagiku. Kelam dan menakutkan.

Teuki seongsenim menyatukan kedua tangannya, menopangkan tangan itu di atas meja. Menatapku tajam. Aish…aku benci itu.

“Kim Jay Yoo, murid baru yang diterima Gyung Ju dengan hasil tes yang memuaskan. Pintar tidaklah berarti !! Kau tau maksudku??”

Aku menghela napas “ne….tapi….”

“jangan mencoba membantah ucapanku!! Disini tidak berlaku pembelaan!!”

Apa-apaan ini? Dia harus mendengar penjelasanku dulu. Heh, aku mulai kesal. Ku sibukkan diriku dengan menatap sisi-sisi ruangan ini. Ruangan yang sangat rapi dan dipenuhi tumpukan-tumpukan kertas.

“karena kau orang baru, kau ku maafkan…tapi tidak untuk selanjutnya…”

“heh?? “ aku sedikit terkejut dengan ucapannya itu. Ku pikir aku tidak akan berada di Gyung Ju lagi

“ne…seongsenim aku tidak akan mengulanginya lagi….”ucapku

“kembalilah kekelasmu!!”

“gomawo seongsenim…” ujarku seraya membungkuk. Introgasi selesai dan akupun melangkah keluar ruangan. Saat di luar ku dapati Niel tengah menyender ke dinding.

“Niel…kau tidak kembali kekelas??”

“YA! Kau tidak papakan? Aku sungguh mengkhawatirkanmu!!” ujar Niel seraya memegang kedua bahuku

“sudah kubilang, aku pasti baik-baik saja…” ucapku

“yang tidak baik itu kau! ayo..aku akan mengobati wajahmu yang memar…”

Ku tarik Niel menuju ruangan perawatan

***

Niel POV

Jia mengintip ke dalam ruangan, tak ada siapa-siapa disana

“ayo…” iapun menarikku masuk dan memaksa ku untuk duduk. Lalu dengan cepat ia mencari obat untuk mengobati luka memar di wajahku. Dengan lembut ia mengoleskan obat itu kebagian hidung. Dia sungguh terlihat manis.

“pasti sakit…?”

Aku menggeleng. Tangankupun bergerak meraih tangannya.

“tak ada yang seperhatian ini padaku….”

Dia tersenyum “aku harus menolong teman sendiri…” ujarnya

“te..teman…?..maaf…kau belum menjawab pertanyaanku waktu itu…”

“per..pertanyaan??” tanyanya heran

“malam itu..saat aku mengetahui identitasmu….”

“mm…maksudmu…??”

“ak….”

“Niel-ah Jay-ah..apa kalian di dalam???”

Seseorang berteriak memanggil namaku dan Jay, suara yang tidak asing lagi bagiku. Ricky

“hah…ternyata kalian disini…Jay-ah ayo kembali kekelas, biarkan Niel istirahat…”

“ne….aku kembali kekelas…istirahatlah…” Jia tersenyum padaku, lalu berlari mengejar Ricky

Jia….sampai kapan kau memperlakukanku seperti ini? Apa kau benar-benar tidak mengerti maksudku? Aku sungguh menyukaimu, tapi karena diriku kau mendapat masalah.. mianhae

Ku baringkan tubuhku di ranjang, masih memikirkan ucapan yang akan kusampaikan pada Jia. Kenapa aku menyukainya? hah…Jia aku akan melakukan apapun demi dirimu. Kau adalah segalanya bagiku.

Ku tutup wajahku dengan bantal. Aku butuh istirahat. Saat aku menutup mata. Aku mendengar sesuatu. Aku bangkit duduk diranjang,mengamati dari mana asal suara itu. Apa ada orang lain selain diriku di ruangan ini? Omona! Gawat!

Aku bangkit turun dari ranjang berniat untuk mencek salah satu ruangan yang berada disebelah ruanganku saat ini. Ku langkahkan kakiku menuju kesana. Saat diriku sudah berada di depan ruangan yang hanya berbatas tirai itu, ku kuatkan diriku. Semoga itu hanya halusinasiku saja. Semoga…semoga….

Aku menelan ludah, Hana…Tul…Set….Sreeeeeeeettttttttt

Kosong….

Huh….Ku tarik napasku lega…memang itu hanyalah halusinasiku saja.

“YA!!???”

Heh…?? Aku terkejut dan memutar badan. Omonaaaaa…. LJoe???? A…apa…dia…mendengar obrolan kami?? ANDWEE!!!

***

To be continued

***

Don’t forget to RCL ^^ Gamsa 🙂

One thought on “THE PARALYZED part 8

Leave a reply to salsa Cancel reply